Metrotvnews.com, Bujumbura: Gerilyawan Somalia membunuh 
enam prajurit penjaga perdamaian Burundi, Kamis (24/2). Mereka dihabisi 
kala membantu pasukan Somalia yang tengah berjaga di jalan menuju pasar 
Bakara, salah satu markas utama gerilyawan Al-Shabaab.
Para 
gerilyawan, menurut ahli negara Tanduk Afrika, turut membantai pasukan 
penjaga perdamaian (AMISOM) karena keberadaan mereka acap menghambat 
gerakan gerilyawan yang hendak menggulingkan pemerintah sementara Somalia 
dukungan PBB.
"AMISOM dan Burundi menyesalkan kematian keenam 
prajurit penjaga perdamaian itu dan 12 orang yang terluka selama operasi 
tersebut," kata militer Burundi dalam sebuah pernyataan.
Letnan 
Kolonel Jastace Ciza, seorang juru bicara pasukan Burundi, mengatakan, 
seluruh enam prajurit yang tewas itu berasal dari negara Afrika tengah 
tersebut. Burundi menempatkan empat batalyon di Somalia sebagai bagian 
dari pasukan AMISOM yang berkekuatan 8.000 orang yang sebagian besar 
berasal dari Uganda.
Menteri Pertahanan Somalia Abdihakim Haji Fiqi 
mengatakan, Rabu, lokasi-lokasi yang dikuasai lagi oleh pasukan pemerintah 
mencakup sebuah gedung kementerian pertahanan dan sebuah pabrik 
susu.
"Anda tidak bisa masuk ke kolam renang dan keluar dalam 
keadaan kering. Bila terjadi pertempuran, mungkin ada yang tewas, segala 
sesuatu bisa terjadi," kata juru bicara AMISOM Mayor Barigye Ba-Hoku, 
dengan mengatakan bahwa lebih dari selusin gerilyawan juga tewas pada hari 
yang sama.
Ali Muse, koordinator pelayanan ambulan, melaporkan, 
sedikitnya 20 orang tewas dalam pertempuran Rabu. Penduduk mengatakan, 
bentrokan Rabu merupakan yang paling sengit sejak gelombang kekerasan 
terakhir meletus pada Sabtu. "Peluru-peluru nyasar berjatuhan seperti 
hujan," kata Muse.
Al-Shabaab mengobarkan perang selama tiga tahun 
ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB 
yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab 
mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli lalu. Para pejabat 
AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang 
lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di 
Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 
orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur 
sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es 
Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.
Serangan-serangan bom pada 11 
Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai 
di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di 
Afrika Selatan.
Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam 
pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena 
peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung 
Barat.
Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di 
Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi 
pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan 
keras di negara Tanduk Afrika tersebut.
Washington menyebut 
Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat 
dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis 
Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif 
Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun 
lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi 
pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di 
wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab 
dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia 
yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, 
pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia 
dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang 
menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, 
kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.(Ant/ICH) 
 Source
:K
om
pas
.c
om