Thursday, February 24, 2011

6 Prajurit Penjaga Perdamaian Dibunuh

Metrotvnews.com, Bujumbura: Gerilyawan Somalia membunuh
enam prajurit penjaga perdamaian Burundi, Kamis (24/2). Mereka dihabisi
kala membantu pasukan Somalia yang tengah berjaga di jalan menuju pasar
Bakara, salah satu markas utama gerilyawan Al-Shabaab.

Para
gerilyawan, menurut ahli negara Tanduk Afrika, turut membantai pasukan
penjaga perdamaian (AMISOM) karena keberadaan mereka acap menghambat
gerakan gerilyawan yang hendak menggulingkan pemerintah sementara Somalia
dukungan PBB.

"AMISOM dan Burundi menyesalkan kematian keenam
prajurit penjaga perdamaian itu dan 12 orang yang terluka selama operasi
tersebut," kata militer Burundi dalam sebuah pernyataan.

Letnan
Kolonel Jastace Ciza, seorang juru bicara pasukan Burundi, mengatakan,
seluruh enam prajurit yang tewas itu berasal dari negara Afrika tengah
tersebut. Burundi menempatkan empat batalyon di Somalia sebagai bagian
dari pasukan AMISOM yang berkekuatan 8.000 orang yang sebagian besar
berasal dari Uganda.

Menteri Pertahanan Somalia Abdihakim Haji Fiqi
mengatakan, Rabu, lokasi-lokasi yang dikuasai lagi oleh pasukan pemerintah
mencakup sebuah gedung kementerian pertahanan dan sebuah pabrik
susu.

"Anda tidak bisa masuk ke kolam renang dan keluar dalam
keadaan kering. Bila terjadi pertempuran, mungkin ada yang tewas, segala
sesuatu bisa terjadi," kata juru bicara AMISOM Mayor Barigye Ba-Hoku,
dengan mengatakan bahwa lebih dari selusin gerilyawan juga tewas pada hari
yang sama.

Ali Muse, koordinator pelayanan ambulan, melaporkan,
sedikitnya 20 orang tewas dalam pertempuran Rabu. Penduduk mengatakan,
bentrokan Rabu merupakan yang paling sengit sejak gelombang kekerasan
terakhir meletus pada Sabtu. "Peluru-peluru nyasar berjatuhan seperti
hujan," kata Muse.

Al-Shabaab mengobarkan perang selama tiga tahun
ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB
yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab
mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli lalu. Para pejabat
AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang
lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di
Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79
orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur
sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es
Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.

Serangan-serangan bom pada 11
Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai
di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di
Afrika Selatan.

Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam
pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena
peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung
Barat.

Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di
Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi
pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan
keras di negara Tanduk Afrika tersebut.

Washington menyebut
Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat
dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis
Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif
Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun
lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi
pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di
wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab
dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia
yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi,
pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia
dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang
menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan,
kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.(Ant/ICH)

Source:Kompas.com

No comments:

Post a Comment