Saturday, March 12, 2011

Waspadai Kemunculan Kembali Flu Babi

Flu babi H1N1 yang melanda dunia pada 2009/10 dengan mudah bisa berubah
menjadi bentuk yang lebih menular, sementara virus yang pernah muncul pada
pertengahan abad ke-20 juga bisa mengancam kembali.

Hal itu
diungkapkan para ilmuwan dalam laporan yang disampaikan di Paris, Kamis
(10/3), terkait dengan ditemukannya kembali kasus flu burung dan flu babi
di beberapa negara belakangan ini. Bahkan di Garut dan beberapa kota lain
di Indonesia juga sudah ditemukan kasus flu burung setelah diketahui
ratusan ayam dan unggas yang mati mendadak. 

Sementara yang
patut diwaspadai, demikian diperingatkan para ahli, adalah kemunculan
kembali strain H2N2, atau lebih dikenal sebagai Influenza Asia, yang
pertama kali muncul pada 1957 dan menewaskan 1 juta hingga 4 juta orang
meskipun sudah dilakukan program vaksinasi besar-besaran.

Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang saat ini berusia 50
tahun atau lebih, mempertahankan beberapa kekebalan terhadap virus H2N2,
yang beredar pada burung dan babi.

Sementara itu, kelompok usia
muda adalah kelompok yang sangat rentan terhadap H2N2, yang meningkatkan
kemungkinan bahwa strain yang berpotensi mematikan ini akan melompat
kembali ke manusia dan sekali lagi tersebar ke seluruh
dunia.

"Strain H2N2 adalah ancaman terhadap kesehatan masyarakat,
dan virus ini bisa muncul kembali," tegas Gary Nobel, seorang peneliti di
Vaccine Research Center of the U.S. National Institutes of Health dan
penulis komentar yang diterbitkan dalam jurnal Nature edisi Kamis.


Nobel mendesak pemerintahan di seluruh dunia, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan perusahaan farmasi untuk mengembangkan program vaksinasi
preemptif.

Nobel menguraikan tiga strategi untuk mengantisipasi
kebangkitan dari virus H2N2, salah satunya adalah dengan memproduksi
vaksin yang berlisensi sama seperti pada 1957 dan segera menjalankan
program imunisasi kepada penduduk dunia untuk memberikan kekebalan kepada
kelompok yang belum pernah mendapatkan vaksin tersebut.

Selain itu,
otoritas kesehatan dapat menimbun vaksin yang sama untuk mengantsipasi
bila wabah kembali terjadi, atau meningkatkan produksi ketika tanda
pertama wabah mulai tampak.

Dalam studi lain, yang diterbitkan
dalam jurnal ilmiah PLoS One, peneliti di MIT di Boston yang dipimpin oleh
Ram Sasisekharan mengidentifikasi mutasi tunggal dari virus H1N1 2009,
yang akan meningkatkan kemampuannya untuk menyebar di antara
manusia.

Ini seperti yang terjadi pada strain H1N1 asli, yang
pertama kali muncul di musim gugur 1917 dalam bentuk yang jinak sebelum
muncul kembali sembilan bulan kemudian menjadi sebuah varian yang jauh
lebih mematikan, pola dua gelombang khas dari pandemi flu.

Secara
total, flu Spanyol, menewaskan sedikitnya 50 juta orang sebelum akhirnya
mereda, dan banyak dari kematian itu karena tidak adanya
antibiotik.

"Ada kebutuhan konstan untuk memantau perkembangan
virus ini," kata Sasisekharan dalam sebuah pernyataan, seraya mendesak
pemerintahan di seluruh dunia untuk aktif meneliti strain virus dan saling
berbagi informasi.(go4/*)

Source:Kompas.com

No comments:

Post a Comment